menjadi dosen


akhirnya, saya benar-benar menjadi dosen. pekerjaan yang adikku bilang kasta ‘brahmana’ untuk ukuran para mahasiswa yang sedang galau skripsi, hehehe.

tak kusangka, hampir 1 tahun saya menjadi dosen. ini untuk jadi dosen di universitas/politeknik ya? sebelumnya meskipun sempat mengenyam pendidikan dan juga mengajar di salah satu perguruan tinggi di Malang. alhasil, pengembaraanku hingga ke Politeknik Caltex Riau.

menjadi dosen? ternyata bukan sesuatu yang mudah, dan bukan sesuatu yang monoton dan nggak asyik. salah satu hal menarik adalah wali murid saya yang begitu menarik dan eksentrik di bandingkan dengan kelas lainnya di angkatan yang sama. kelas wali saya sangatlah unik, keunikannya membuat saya selalu bertanya-tanya, berapa banyak pelajaran yang akan saya terima ketika menjadi wali mereka? sudah sangat banyak, bahkan sangatlah membuat saya selalu berdebar-debar, dipanggil atasan, di curhatin dosen lainnya, di bicarakan oleh yang lain yang karena ini itu mahasiswa wali saya, yang bahkan banyak selalu bermasalah di kelas wali saya. kenapa?? itulah mahasiswa perwalian saya.

saya mungkin tipe yang tidak care dan peduli dengan hal-hal, atau saya termasuk malas menanyakan kabar dari perwalian saya? dan akhirnya saya kehilangan 2 mahasiswa, dan itu sangat menyakitkan hati saya dan serasa perasaan saya sangat terpukul. bagaimana saya bisa seperti ini? “bahkan mahasiswa ini baru menginjakkan kaki dikampus di bulan-bulan pertama mereka kuliah, bahkan mereka tidak pernah tahu apa itu menjadi mahasiswa dan bagaimana menjalani menjadi mahasiswa yang seharusnya?” dan mereka butuh guide dosen wali, untuk bertahan hidup, mendengarkan keluh kesahnya, dan selalu mendampingi mereka. menjadi ibu, ibu yang dengan lapang merengkuh anak-anaknya, memang tidak semudah yang aku bayangkan? menjadi dosen, menjadi ibu bagi mahasiswa perwalian dan menjadi figure yang bisa di jadikan tuntunan.

mahasiswa pertama saya meninggalkan kampus karena sakit, bahkan saya belum sempat menelponnya, sudah saya telepon hapenya tapi tidak aktif, mungkin sudah terlalu lama sehingga akhirnya dia memutuskan kontak dengan siapapun. mahasiswa kedua saya  meninggalkan kampus karena CO terlalu banyak, tidak masuk kampus terlalu banyak, sempat berkasus denganku yang membuatku sakit kepala berhari-hari dan depresi, pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang di telingaku “seperti itukah mahasiswa saat ini?? ” “kok bisa mahasiswa saat ini sangat berani dengan dosennya seperti itu” atau “kenapa??” itulah pertanyaan yang selalu bermunculan, seolah-olah baiknya aku menjadi seorang psikologi pendidikan kah? anak-anak ini sangat spesial. setelah saya menerima keadaan dan berbaik dengan diri pribadi, akhirnya keputusan akhirnya adalah aku akan merawat anak itu sperti merawat bayi, terlalu muda jika hanya anak itu putus di jalan atau meninggalkan kampus. yahh kalau di kampus baru dia bisa di terima? kalau tidak? jika dia bertemu dengan dosen yang tidak memperdulikan, bagaiamana nanti masa depannya?

seolah-olah saya juga bertanggung jawab dengan masa depannya, bagaimana lagi? terlalu muda dan juga masa-masa yang sangat beresiko jika anak itu salah jalan, tak tahu kenapa, aku sangat mengkhawatirkannya. kekhawatiranku bukan pada outputnya, tapi pada penyebab sehingga anak tersebut menjadi seperti itu, ada yang salah dari faktor lingkungan, entah lingkungan keluarga atau lingkungan bermain. alhasil, keinginan ku untuk mempertahankan anak itu kandas, gara-gara banyak mata kuliah CO dan akhirnya anak itu harus turun tingkat. alhasil anak itu akan berhenti sementara kuliah, jika dia mau, jika dia tidak mau, dia pasti akan pindah sekolah lainnya. jika dia tetap bertahan, maka saya tidak menjadi dosen walinya lagi, dan akhirnya dia bisa jadi akan di terapi oleh dosen lainnya, tapi entahlah yaahh,,.

alhasil, itulah menjadi dosen tidaklah mudah. apapun pekerjaan, saya pikir presepsi diri kita akan selalu mengatakan bekerja menjadi apapun itu tidaklah mudah. bisa menjadi susah, tapi hal terpenting nikmatilah dan berbahagialah. meski sebenarnya ada satu kasus lagi dari mahasiswa perwalianku, belum bisa aku share, aku masih mencari kebenarannya. terpenting ” Menjadi dosen tidak boleh menjudge mahasiswa dengan ini, itu dan sebagainya, tapi berilah pendekatan personal dan kenyamanan dan arahkan untuk menjadi lebih baik, dan selalu ingat, menjadi dosen adalah seorang pendidik bukan pengajar, arti mendidik lebih memfokuskan pada memberikan didikan ke siswa baik dalam hal perilaku, ilmu pengetahuan dan tata krama”.

sekian, semoga selalu bermanfaat. terimakasih. 🙂

bahkan aku belum bisa move on, dan kau hadir kembali. ;(


selamat siang,

galau lagi. uhhhh galau lagi, .umur2 yang membawa kegalauan tingkat tinggi.

ahhh,. lagi-lagi kamu datang. bahkan tanpa aku sadari aku menitiskan air mata. aku takut jika aku sebenarnya belum move on dari rasa cinta ku padamu. tapi bagaimana lagi? kenyataaan seperti itu, seperti aku selalu menolakkmu berkali-kali untuk hadir, namun sebenarnya aku mengharapkanmu.

sekarang, ini sangatlah beda lagi. aku bahkan tidak berhak untuk mencintaimu, mengharapkanmu atau bahkan menginginkanmu kembali. rasa suka ini, sebaiknya di hentikan saja, tapi bagaimana?

kau sudah beberapa tahun ini pergi dan menghilang, kau datang kembali, kau datang dari ketidak sangkaanku dan dari ketidak berdayaanku yang masih sendiri hingga saat ini. aku bahkan tak menyadari tanda-tandanya dulu, bahwa kamu tebaiklah dari semua terbaik yang pernah aku kenal. kau sudah mampu memanggilnya istri dengan yang lain? bahkan aku sendiri belum bisa dan mampu memanggil seseorang dengan panggilan suami? kau bahkan sudah bisa memanggil anakku? bahkan aku sendiri selalu mengakui anak orang lain sebagai anakku,. lantas,. aku harus bagaimana?

rasa sakit yang sudah aku kubur lama-lama kini bangkit lagi, bahkan aku tak bisa menerima dengan lapang rasa cinta yang lain, bahkan hanya untuk memulai dengan serius pada seseorang saja aku tak mampu, kenapa? mungkin yang di pikirkan adikku benar adanya, bahwa aku belum bisa move on untuk menerima dan mencintai orang lain lagi. atau aku takut gagal seperti pada mu dulu kala?

hasilnya, banyak yang aku tangisi dari perpisahan kita. Aku selalu berdoa pada Alloh, semoga tumbuhkan aku rasa cinta kembali untuk seseorang yang lain yang Alloh sudah takdirkan untukku. agar aku tidak lagi dalam pengharapan yang penuh dosa karena menyukaimu di masa lalu. aku berharap kamu memaafkanku, dan doakan aku semoga aku bahagia dan segera mendapatkan seorang laki-laki yang aku cintai melebihi cintaku padamu dan aku panggil suami dengan tulus ikhlas karenaNya.

sejauh aku berlari, semoga lariku bukanlah pelarian, tapi hakikat mencari arti dan cinta yang baru yang aku yakini ada untukku,

terimakasih, pekanbaru 3 maret 2015.